Kehidupan Berada Ujung Tanduk
Kebangkrutan menyapa dirinya setelah semua kekayaan yang dimiliki lenyap sekejap. Nyaris tiada tersisa sedikitpun yang dia peluk. Tinggallah di sebuah gubug reyot yang sangat miris. Dalam kondisi yang tidak manusiawi. Hingga akhirnya dia mengalami jatuh sakit. Sakit yang terus menerus menimpanya tak berakhir. Hingga sekujur tubuhnya lemah terkulai tak berdaya.
Setelah melampaui masa senjakala kehidupan. Sang jutawan yang dahulu tenar karena untaian kekayaan yang dia miliki. Kini terkapar dalam ketidakberdayaan terbaring terkulai sangat lemas. Badannya yang sudah bongkok tak segagah saat menggapai kejayaan masa mudanya.
Hanyalah tulang belulang yang terbungkus daging. Hanya ditemani seperangkat jarum infus siang malam tanpa berkesudahan. Hancurlah kehidupannya tiada lagi setitik harta benda yang dia bangga-banggakan kala masih muda.
Lenyaplah seluruh kehidupan yang berhias seluruh kemewahan yang dia peluk erat-erat. Redup ketenanarannya yang ditelan waktu seiring kehidupannya berada di ujung tanduk. Kesengsaraan hidup dalam jerat hutang yang menumpuk. Jerat hutang yang sangat mencekik dirinya.
Sematan sang jutawan sudah sirna seketika. Tinggalah dia di sebuah gubug reyot yang sangat tak manusiawi. Hidup kesendirian tanpa sanak keluarga yang menemani. Hanyalah para tetangga terdekat yang menemaninya. Tetangga yang dahulu sering dia anggap sebelah mata.
Namun tiada rasa dendam yang terbalaskan pada tetangganya. Dengan penuh cinta kasih telaten merawat seorang mantan jutawan. Tiada kata-kata yang terucap dari mulut mantan jutawan. Matanya terbelalak menghadap ke atas seakan tanda kematian semakin bersamanya.
Tiba-tiba malaikat maut menyampaikan salam kepada sang jutawan. Malaikat maut perlahan mengambil sedikit demi sedikit nyawa sang jutawan. Lenyaplah kehidupan yang dialami oleh sang jutawan dalam penuh nestapa dan sengsara.
0 Response to "Kehidupan Berada Ujung Tanduk"
Post a Comment