BI Posisi Investasi RI Turun Karena Harga Saham Lesu
Posisi Investasi Internasional (PII) Indonesia mencatat kewajiban neto sebesar US$264,1 miliar atau sekitar 23,8 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal II 2021.
Posisi ini menurun US$3,4 miliar atau 1,27 persen dari US$267,5 miliar yang setara 25,2 persen dari PDB pada kuartal I 2021.
Direktur Eksekutif sekaligus Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono mengatakan terjadi peningkatan nilai Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN) lebih rendah dari Aset Finansial Luar Negeri (AFLN).
Tercatat, KFLN hanya meningkat tipis dari US$677,7 miliar menjadi US$679,1 miliar. Sementara AFLN naik lebih tinggi dari US$410,2 miliar menjadi US$415 miliar.
Erwin mengatakan peningkatan KFLN agak tertahan karena harga saham di pasar modal di dalam negeri agak lesu dalam beberapa bulan terakhir.
"Peningkatan lebih lanjut tertahan oleh faktor revaluasi negatif atas nilai instrumen keuangan domestik sejalan dengan penurunan harga saham beberapa perusahaan di dalam negeri," ungkapnya dalam keterangan resmi, Jumat (24/9).
Kendati begitu, KFLN tetap mendapat tenaga dari peningkatan aliran modal asing (capital inflow) yang masuk ke dalam negeri, baik dalam bentuk investasi langsung maupun portofolio. Hal ini terjadi karena investor melihat persepsi positif terhadap prospek pemulihan ekonomi domestik.
Sementara, AFLN meningkat lebih tinggi karena dolar AS melemah dari mata uang lain di dunia, sehingga memberi peningkatan revaluasi atau penghitungan aset. Selain itu, ada peningkatan saham di sebagian besar penempatan aset.
Pun demikian, bank sentral nasional menilai posisi investasi internasional Indonesia masih cukup baik dan dapat mendukung ketahanan eksternal. Hal ini tercermin dari struktur kewajiban yang didominasi oleh instrumen berjangka panjang.
[Gambas:Video CNN]
(uli/bir)
0 Response to "BI Posisi Investasi RI Turun Karena Harga Saham Lesu"
Post a Comment