Gagal Bayar Siapa Taipan China Penyokong Fantasia dan Sinic

Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis likuiditas yang sedang terjadi di pasar properti China menimbulkan ketakutan bagi investor global, apalagi setelah baru-baru ini dua perusahaan baru masuk dalam daftar pengembang real estate bermasalah yang tidak mampu membayar utang obligasi.

Kedua perusahaan tersebut adalah Fantasia Holdings dan Sinic Holdings. Khusus Fantasia sudah mengalami gagal bayar (default), sementara Sinic berpotensi default.

Buruknya kondisi likuiditas Sinic Holdings menyebabkan perusahaan pemeringkatan global, Fitch Ratings, dua hari lalu (4/10) kembali menurunkan peringkat utang menjadi 'C' dari sebelumnya 'CCC'. Ini merupakan penurunan kedua dalam sebulan terakhir setelah sebelumnya pada 22 September Sinic Holdings yang semula memiliki peringkat 'B+' turun ke 'CCC'.


Senasib dengan Sinic, Fantasia juga berkali-kali rating-nya diturunkan oleh Fitch dalam sebulan terakhir, dimulai dari tanggal 16 September dari 'B+' menjadi 'B', kemudian pada 4 Oktober turun menjadi 'CCC-' dan terakhir Selasa kemarin (5/6) akhirnya Fantasia distempel 'RD' (Restricted Default) oleh FItch setelah perusahaan gagal melunasi senior notesnya sebesar US$ 206 juta atau setara dengan Rp 2,94 triliun (kurs Rp 14.300/US$) yang jatuh tempo pada 4 Oktober 2021.

Secara umum pemeringkatan yang dikeluarkan Fitch dan lembaga sejenis untuk memberikan gambaran kepada para investor.

Berdasarkan kriteria Fitch rating AAA hingga BBB merupakan investment grade atau layak untuk koleksi dengan kondisi keuangan perusahaan yang relatif aman.

Sedangkan di bawahnya dari BB sampai D menandakan non investment grade, dan rating D sendiri menanda perusahaan mengalami gagal bayar alias default.

Rating 'RD' yang diperoleh oleh Fantasia sendiri menandakan bahwa perusahaan mengalami gagal bayar tetapi tidak ada inisiasi pengajuan kebangkrutan, administrasi, likuidasi, atau prosedur penutupan formal lainnya dan perusahaan masih melanjutkan operasi bisnis.

Sedangkan rating 'CCC-' Sinic menandakan saat ini kondisi keuangan perusahaan sedang rentan dan bergantung pada kondisi ekonomi yang menguntungkan untuk memenuhi komitmennya.

Dalam keterangan resminya Fitch juga menyebutkan penurunan peringkat Sinic mencerminkan berkurangnya kemungkinan perusahaan membiayai kembali (refinancing) utang yang jatuh tempo dalam waktu dekat, obligasi senilai US$ 246 juta (Rp 3,52 triliun) akan jatuh tempo pada 18 Oktober 2021.

Penurunan peringkat juga mencerminkan berkurangnya transparansi tentang rencana pembiayaan kembali perusahaan, khususnya setelah tertekannya arus kas perusahaan serta penurunan yang signifikan. dalam ekuitas dan harga obligasi.

Kondisi likuiditas yang seret ini membuat kinerja sahamnya di Bursa Efek Hong Kong hancur. Dalam sebulan harga saham Fantasia telah turun hingga 21%, sedangkan Sinic lebih parah lagi di mana pada tanggal 17 September lalu saham ini melemah hingga 87% ke level HK$ 50 sen sehingga perdagangannya dihentikan.

NEXT: Siapa Investornya?

0 Response to "Gagal Bayar Siapa Taipan China Penyokong Fantasia dan Sinic"

Post a Comment